MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Manajemen
Kelas
yang dibina oleh Bapak
Santoso Yoewono
Oleh:
Offering K3/Kelompok
04
Amalia Desi Ambarwati (02)
Fajar Riza Anindyka (15)
Retno
Setyana (27)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
S-1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Februari 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan yang
diperoleh melalui tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dibentuk untuk melakukan kegiatan
pembelajaran. Dimana setiap anak wajib untuk mengikuti sekolah. Sehingga
pendidik dihadapkan dengan banyaknya peserta didik. Peserta didik dalam satu
kelas dapat mencapai empat puluh orang.
Dalam kegiatan
belajar yang mempunyai peserta didik yang banyak tentu dibutuhkan
pengorganisasian siswa yang baik agar tercipta pembelajaran yang optimal.
Sehingga peserta didik bisa memperolah pengetahuan yang baik dari pendidik. Dalam hal ini management dari
seorang guru dan kebijakannya dalam mengambil keputusan setelah melihat keadaan
anak didiknya sangat diperlukan. Untuk itu bagi seorang guru perlu untuk
mempelajari pengorganisasian siswa dalam kelas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah pengertian pengorganisasian siswa?
1.2.2
Bagaimanakah metode pengorganisasian siswa?
1.2.3
Bagaimanakah posisi guru dalam pengolahan pesan?
1.2.4
Bagaimanakah proses pengolahan pesan?
1.2.5
Apa sajakah kemampuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran?
1.3 Tujuan
1.3.1
Menjelaskan
pengertian pengorganisasian siswa
1.3.2
Menjelaskan metode pengorganisasian siswa
1.3.3
Menjelaskan posisi guru dalam pengolahan pesan
1.3.4
Menjelaskan proses pengolahan pesan
1.3.5
Menjelaskan kemampuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Pengorganisasian Siswa
Dalam
dunia pendidikan, peran pengorganisasian siswa dalam halnya untuk mencapai
kemaksimalan dalam pembelajaran juga diperluakan. Dalam hal ini management dari
seorang guru dan kebijakannya dalam mengambil keputusan setelah melihat keadaan
anak didiknya sangat diperlukan. Dengan dukungan penjiwaan serta niatan yang
baik dari seorang guru, tentu dalam hal management di dalam kelas untuk
menentukan cara pembelajaran mana yang paling tepat untuk siswa yang dihadapinya
bukanlah menjadi suatu hal yang sulit.
Definisi
organisasi yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna (dalam Suhardan, dkk, 2009)
yaitu mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan yang untuk menyelesaikan
pemkerjaan-pekerjaan. Definisi ini menekankan pada mekanisme kerja dalam
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Atau dengan kata lain organisasi
adalah suatu system interaksi antarorang yang ditujukan untuk mencapai tujuan
organisasi dimana system tersebut memberikan arahan perilaku bagi anggota
organisasi. Definisi ini menekankan pada keharusannya sebuah organisasi
didasarkan pada interaksi social diantara anggotanya dan anggota dengan
lingkungannya supaya tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
Pengertian Peserta Didik menurut
ketentuan umum UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Dari pengertian beberapa ahli, bisa dikatakan bahwa peserta didik adalah
orang/individu yang mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuan agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan
dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya.
Sehingga
organisasi peserta didik adalah suatu system interaksi antara guru dengan murid
yang ditujukan mencapai tujuan pembelajaran yaitu mengembangkan bakat, minat,
dan kemampuan agar tumbuh dan berkembang dengan baik dimana system tersebut memberikan
arahan perilaku dalam proses pembelajaran di kelas.
Dapat
diibaratkan sebagai potongan puzzle, pengorganisasian dalam kelas juga
memerlukan suatu kecocokan dengan keadaan dalam kelas. Yang mana dalam hal ini
perlu diperhatikan situasi serta kondisi ruangan maupun siswa yang ada di
dalamnya. Jika keserasian dalam kelas cocok dengan cara pengorganisasian yang
diterapkan, tentunya dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar dan
kemudian yang akan berdampak pada hasil belajarnya.
2.2 Metode Pengorganisasian
Siswa
Dalam pengorganisasian siswa terdapat beberapa metode
yang dapat diterapkan guru yaitu pembeajaran secara individual, kelompok, dan
klasikal.
2.2.1
Pembelajaran Secara Individual
Pembelajaran secara individual
adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan kepada bantuan dan bimbingan
belajar kepada masing-masing individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada
individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Menurut
Saputra (2012) “Pada
pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi.
Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru memberi bantuan individual secara
umum“. Sebagai ilustrasi, bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang
membaca dalam hati dan menulis
karangan adalah pembelajaran individual. Pada membaca dalam hati secara individual siswa
menemukan kesukaran sendiri-sendiri. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran
individual dapat ditinjau sebagai berikut.
2.2.1.1 Tujuan Pengajaran
Perilaku
belajar mengajar di sekolah yang menganut sistem klasikal tampak serupa. Dalam kelas terdapat siswa yang
rata-rata berjumlah empat puluh siswa.
Guru membantu siswa menghadapi kesukaran. Adapun tujuan pengajaran
yang menonjol pada pembelajaran individual adalah :
·
Pemberian
kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri. Dalam pengajaran klasikal guru menggunakan
ukuran rata-rata kelas. Dalam pengajaran
individual awal pelajaran adalah kemampuan tiap individu, sedangkan pada
pengajaran klasikal awal pelajaran berdasarkan kemampuan rata-rata kelas. Siswa
menyesuaikan diri dengan kemampuan rata-rata kelas.
·
Pengembangan
kemampuan tiap individu secara optimal. Tiap individu memiliki paket belajar
sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga.
2.2.1.2
Siswa
Sebagai Subjek yang Belajar
Kedudukan
siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral (siswa sebagai subjek
belajar). Pebelajar merupakan pusat layanan pengajaran. Siswa memiliki
keleluasaan berupa :
·
Keleluasaan
belajar berdasarkan kemampuan sendiri.
·
Kebebasan
menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua
kegiatan yang dilakukannya.
·
Keleluasaan
dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar.
·
Siswa
melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar.
·
Siswa
dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri.
·
Siswa
memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.
Keenam
jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab
belajar mengajar. Pada pembelajaran klasikal, tanggung jawab guru dalam membelajarkan siswa cukup besar. Pada
pembelajaran secara individual, tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri
sangat besar. Pembelajar bertanggung jawab penuh untuk belajar sendiri.
2.2.1.3
Kedudukan
Guru dalam Pembelajaran Individual
Kedudukan
guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan
dengan komponen pembelajaran berupa :
·
Perencanaan
kegiatan belajar.
·
Pengorganisasian
kegiatan belajar.
·
Penciptaan
pendekatan terbuka antara guru dan siswa.
·
Fasilitas
yang memperudah belajar.
Dalam pengajaran
klasikal pada umumnya peranguru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran
sangat besar. Hal ini tidak terjadi dalam pembelajaran individual. Peran guru dalam merencanakan kegiatan belajar sebagai
berikut:
·
Membantu
merencanakan kegiatan belajar siswa, guru membantu siswa menetapkan tujuan
belajar dengan musyawarah , dan membuat program belajar sesuai
kemampuan siswa
·
Membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan kriteria
keberhasilan belajar
·
Berperan sebagai penasehat atau pembimbing
·
Membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan
diri sendiri.
Peran guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar
adalah mengatur dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai ahir. Peranan guru sebagai
berikut:
·
Memberi orientasi umum sehubungan dengan belajar topik
tertentu
·
Membuat variasi kegiatan belajar agar terjadi kebosanan
·
Mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan,
materi, media, dan sumber
·
Membagi
perhatian pada sejumlah pembelajar, menurut tugas dan kebutuhan pembelajar,
menurut tugas dan kebutuhan pembelajar
·
Memberikan
balikan terhadap setiap pembelajar
·
Mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar berupa
laporan atau pameran hasil kerja, unjuk kerja hasil belajar berupa laporan atau
pameran hasil kerja, unjuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diahiri
evaluasi kemejuan belajar
Peran guru dalam menciptakan hubungan terbuka dengan
siswa bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar. Hubungan terbuka tersebut
dilakukan dengan cara-cara:
·
Membuat hubungan akrab dan peka terhadap kebutuhan siswa
·
Mendengarkan secara simpatik terhadap segala ungkapan jiwa
siswa
·
Membina hubungan saling mempercayai
·
Tanggap
dan memberi reaksi positif terhadap siswa
·
Kesiapan
membantu siswa
·
Membina
suasana aman sehingga siswa leluasa bereksplorasi, memberi kemungkinan
penemuan-penemuan dan mendorong terjadinya emansipasi dengan penuh tanggung
jawab.
Perilaku guru dalam hubungan terbuka tersebut tetap
mengacu pada kemandirian siswa yang bertanggung
jawab , hal ini perlu dijaga jangan terjerumus pada pemanjaan siswa. Peran guru yang sangat penting adalah menjadi
fasilitator belajar. Tujuannya adalah mempermudah proses belajar. Cara yang
dilakukan guru antara lain :
·
Membimbing
siswa belajar
·
Menyediakan
media dan sumber belajar
·
Memberi
penguatan belajar
·
Menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, cara dan
hasil belajar
·
Memberi
kesempatan siswa untuk memperbaiki diri
2.2.1.4
Program
Pembelajaran Individual
Program
pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki kelemahan pengajaran
klasikal. Dari segi kebutuhan pebelajar, program pembelajaran individual lebih
efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri. Dari segi guru,
yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampak kurang efisien. Jumlah siswa
sebesar empat puluh orang meminta perhatian besar guru, dan hal itu akan melelahkan guru. Program pembelajarn
individual dapat dilaksanakan secara efektif, bila mempertimbangkan hal-hal
berikut :
·
Disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan siswa
·
Tujuan
pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa
·
Prosedur
dan cara kerja dimengerti oleh siswa
·
Kriteria
keberhasilan dimengerti oleh siswa
·
Keterlibatan
guru dalam evaluasi dimengerti oleh siswa.
Program
pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa
agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu. Dalam menciptakan pembelajaran individu,
rencana guru berperan sebagai fasilitator,
pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar dan rekan diskusi. Guru berperan
sebagai guru pendidik, bukan instruktur.
2.2.1.5
Orientasi
dan Tekanan Utama Pelaksanaan
Program
pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa
agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan
tuntutan perkembangan individu. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai
fasilisator, pembimbing, pendiagnosa kesukaran belajar dan rekan diskusi. Guru
berperan sebagai guru pendidik bukan instruktur.
Dalam penekanannya, pembelajaran
individual dapat dilakukan dengan model pembelajaran konstruktivistik maupun
behavioristik, tergantung pada keadaan siswa ataupun jenjang pendidikannya.
Namun jika diterapkan, pembelajaran
secara individual memerlukan waktu yang lebih lama dari pembelajaran klasikal
karena dalam pembelajaran secara individual guru harus memberi bantuan ke masing-masing siswa yang
mana tidak dibentuk dengan suatu kelompok.
2.2.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Individual
Kelebihan-kelebihan pembelajaran individual yaitu:
·
Pembelajaran tidak dibatasi waktu
·
Siswa
dapat belajar secara tuntas
·
Perbedaan-perbedaan
yang banyak di antara para peserta dipertimbangkan
·
Para
peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang
dapat mereka sesuaikan
·
Gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi
·
Hemat
untuk peserta dalam jumlah besar
·
Para
peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa
yang mereka pelajari
·
Merupakan
proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif
Kelemahan-kelemahan
pembelajaran individual yaitu:
·
Memerlukan
waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan
·
Motivasi
peserta mungkin sulit dipertahankan
·
Peran
instruktur perlu berubah
·
Keberhasilan
tujuan pembelajaran kurang tercapai, karena tidak ada
tempat untuk siswa bertanya
2.2.2
Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran
kelompok dapat didefinisikan sebagai salah satu satrategi pembelajaran yang
menuntut adanya kerjasama siswa dalam suatu kelompok dengan mengembangkan
kemampuan tiap individu serta memanfaatkan berbagai faktor internal dan eksternal
untuk memecahkan masalah tertentu sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
bersama. Hal ini didukung oleh pendapat Bern dan Erickson (dalam Nuryani, 2011)
mengemukakan bahwa pembelajaran kelompok merupakan stategi pembelajaran yang
mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana
siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam
pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap
anggota kelompok lebih intensif. Hal ini dapat terjadi sebab (a) hubungan antar
guru dan siswa lebih sehat dan akrab, (b) siswa memperoleh bantuan, kesempatan
sesuai dengn kebutuhan, kemampuan dan minat, (c) siswa dilibatkan dalam
penentuan tujuan belajar, cara belajar dan kriteria keberhasilan.
2.2.2.1 Tujuan
Pengajaran pada Kelompok Kecil
Tujuan pembelajaran pada kelompok kecil antara lain sebagai
berikut:
·
Memberi kesempatan kepada setiap
siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional.
·
Mengembangkan sikap sosial dan sikap
bergotong royong dalam kehidupan.
·
Mendinamiskan kegiatan kelompok
dalam belajar.
·
Mengembangkan kemampuan
kepemimpinan-kepemimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah
kelompok.
2.2.2.2 Siswa dalam Pembelajaran Kelompok
Kecil
Siswa
dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan
masalah kelompok, kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak. Ciri-ciri
kelompok kecil yang menonjol adalah sebagai berikut :
·
Tiap siswa merasa sadar diri sebagai
anggota kelompok.
·
Tiap siswa merasa diri memiliki
tujuan bersama yaitu tujuan kelompok.
·
Memiliki rasa saling membutuhkan dan
saling tergantung.
·
Ada interaksi dan komunikasi antar
anggota.
·
Ada tindakan bersama sebagai
perwujudan tanggung jawab kelompok.
2.2.2.3
Guru sebagai Pembelajar dalam
Pembelajaran Kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok sebagai berikut.
a. Pembentukan
Kelompok
Pembentukan
kelompok merupakan kunci keberhasilan belajar kelompok. Pertimbangan dalam
pembentukan kelompok adalah tujuan yang akan diperoleh siswa, latar belakang
pengalaman siswa dan minat atau pusat perhatian siswa.
Kelompok bisa dibuat berdasarkan:
·
Perbedaan individual dalam kemampuan
belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogen dalam belajar
·
Perbedaan minat belajar, dibuat
kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang sama
·
Pengelompokan berdasarkan jenis
pekerjaan yang akan diberikan
·
Pengelompokan atas dasar wilayah
tempat tinggal siswa, yang tinggal dalam satu wilayah dikelompokkan dalam satu
kelompok sehingga memudahkan koordinasi kerja.
·
Pengelompokan secara random atau
dilotre, tidak melihat factor-faktor lain.
·
Pengelompokan atas dasar jenis
kelamin, ada kelompok pria, wanita atau campuran.
Namun
demikian sebaiknya kelompok menggambarkan yang heterogen, baik dari segi
kemampuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dilakukan agar
kelompok-kelompok tersebut tidak berat sebelah (ada kelompok yang baik dan ada
kelompok yang kurang baik).
b. Perencanaan Tugas kelompok
Perencanaan tugas kelompok perlu
disiapkan oleh guru. Penyiapan tempat kerja, alat dan sumber belajar maupun
jadwal penyelenggaraan tugas juga harus direncanakan. Dalam perencanakan tugas
kelompok tersebut siswa sebaiknya diikutsertakan.
c. Pelaksanaan
Dalam
pelaksanaan mengajar, guru dapat berperan sabagai pemberi informasi,
fasilisator, pembimbing dan pengendali ketertiban kerja.
2.2.2.4
Model-model
Pembelajaran Kelompok
Menurut
Kokom Komalasari (Nuryani, 2011) model pembelajaran kooperatif meliputi Kepala
bernomor, skrip kooperatif, tim siswa kelompok prestasi, berpikir berpasangan
berbagi, model jigsaw, melempar bola salju, tim TGT, kooperatif terpadu membaca
dan menulis, dan dua tinggal dua tamu.
Berikut adalah model-model pembelajaran kelompok.
a. Student
Teams Achievement Divisions (STAD)
Langkah-langkah
model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah:
1. Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru
menyajikan pelajaran.
3. Guru
memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4. Guru
memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
5. Memberi
evaluasi.
6. Penutup.
b.
Number
Heads Together (NHT)
Numbered
Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari
siswa. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil (4-6 orang). Dalam
setiap kelompok siswa memiliki nomor diri. Guru memberi tugas kelompok,
kemudian siswa membahas atau mengerjakan tugas kelompok. Dalam diskusi kelas
guru memanggil nomor diri siswa dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan,
setiap jawaban siswa diberi skor sebagai skor kelompok. Dalam kegiatan diskusi,
guru memberikan reinforcement (penguatan kembali), pada konsep-konsep yang
ditemukan siswa sebagai kesimpulan dan guru mengumumkan kelompok terbaik hari
itu.
c.
Jigsaw
Pada
dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan
guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
2.2.2.5 Evaluasi
Hasil Belajar Kelompok
Pengukuran
terhadap proses dan hasil belajar kelompok dilakukan secara obyektif, sehingga
hasil penilaian tidak diambil sama rata untuk semua anggota kelompok. Oleh
karena itu penilaian perlu dilakukan kepada setiap anggota kelompok. Penilaian
secara subyektif dilakukan dengan menggunakan Catatan Penampilan Kerja untuk
setiap anggota kelompok yang dicatat di dalam daftar penilaian. Penilaian yang
dilakukan secara obyektif adalah ceklis, tanya jawab, penilaian produk, tes
kinerja.
Penilaian
ceklis berbentuk skala sikap untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik
atau tingkat pencapaian hasil belajar setelah peserta menyelesaikan proses
belajar. Penilaian ceklis ini dilakukan sendiri oleh peserta didik. Ceklis
kemajuan belajar dapat terdiri dari dua pilihan, misal “Sudah dan Belum”.
Sedangkan ceklis pencapaian hasil belajar dapat berisi tiga pilihan, misal:
“Baik – Cukup – Kurang”. Penilaian Ceklis ini berguna untuk bagi pendidik untuk
memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang berlangsung maupun berikutnya.
2.2.2.6
Keuntungan dan Kelemahan Belajar Kelompok
Keuntungan
belajar kelompok antara lain:
1. Melalui
pembelajaran kelompok siswa tidak selalu tergantung kepada guru.
2. Melatih
kemampuan komunikasi siswa dengan cara mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan.
3. Membantu
siswa untuk respek kepada orang lain.
4. Dapat
meningkatkan prestasi akademik siswa.
5. Meningkatkan
motivasi dan rangsangan untuk berfikir.
Kelemahan belajar
kelompok:
1. Pembelajaran kelompok membatasi siswa yang
berkemampuan tinggi dalam waktu belajar.
2. Dibandingkan dengan pengajaran langsung dari
guru, bisa terjadi apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah
dicapai oleh siswa.
3. Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil
kerja kelompok
2.2.3 Pembelajaran Klasikal
Model
pembelajaran klasikal juga disebut
juga kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata. Pengajaran sejarah,
merupakan proses pemberian informasi atau materi kepada siswa serta hasil dari
penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Makna dan arti dari materi atau informasi tersebut terkadang ditafsirkan
berbeda atau salah oleh siswa. Hal ini karena tingkat pemahaman setiap siswa
yang berbeda-beda atau dilain pihak guru sebagai pusat pembelajaran kurang
pandai dalam menyampaikan informasi atau materi kepada siswa.
Pembelajaran
klasikal mencerminkan kemampuan utama guru, karena pembelajaran klisikal ini
merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien. Pembelajaran
secara klasikal ini berarti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan skaligus
yaitu mengelolah kelas dan mengelolah pembelajaran. Pengelolan kelas adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran
secara baik dan meyenangkan yang di lakukan di dalam kelas. Di ikuti sejumlah
siswa yang di bimbing oleh seorang guru. Ciri-ciri
yang menonjol pada pembelajaran klasikal dapat di tinjau dari segi:
a. Bertujuan mengefisiensi proses pembelajaran.
b. Siswa sebagai individu yang belajar di dalam kelas yang telah
dikondisikan sesuai keinginan guru. Siswa belajar sesuai tata tertib yang
ditetapkan guru.
c. Kedudukan guru bersifat sentral, guru
melakukan 2 kegiatan sekaligus yaitu melakukan pengelolaan kelas dan
pengelolaan pembelajaran. Peran guru pada pembelajaran individu
dan pembelajaran kelompok kecil juga berlaku pada pembelajaran klasikal.
d. Peningkatan kemampuan individu siswa
sebagai bagian dari kelas
e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran pada peningkatan
kemampuan dan keterampilan seluruh kelas.
2.2.3.1 Metode dalam Pembelajaran Klasikal
Metode yang biasa digunakan dalam
pembelajaran klasikal sebagai
berikut.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran
secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan
tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa.
Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam
hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa
komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal
dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk
menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan
untuk mengatur dan mengarahkan diri.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan
perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik
dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam
mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab
pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan
penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih
efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa
ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
c. Teknik dalam Pembelajaran Klasikal
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Pembelajaran klasikal yang dibahas dalam makalah ini adalah menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab dengan teknik probing-prompting agar partisipasi dan
aktivitas siswa tinggi. Pada umumnya siswa akan belajar (berpikir-bekerja)
secara individu, sehingga mereka dapat melatih diri dalam memupuk rasa percaya
diri. Dengan teknik ini, indikator dari pendekatan kontekstual tetap
diperhatikan. Urutan kegiatan dalam pembelajaran klasikal, yaitu :
a. Guru menjelaskan definisi
b. Membuktikan rumus
c. Memberi contoh
d. Memberi soal latihan
a. Guru menjelaskan definisi
b. Membuktikan rumus
c. Memberi contoh
d. Memberi soal latihan
2.2.3.3 Pendekatan dalam Pembelajaran
Klasikal
Dalam melaksanakan suatu proses belajar mengajar,
sebaiknya setiap guru melakukannya dengan menggunakan berbagai pendekatan
pembelajaran. Kegiatan mengajar yang dilakukan guru dengan pendekatan tertentu
akan bermakna, apabila materi yang disajikan kepada siswa dapat dimengerti oleh
sebagian besar siswa atau seluruh siswa. Pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran klasikal biasanya menggunakan pendekatan spiral.
Pendekatan spiral adalah pendekatan yang dipakai untuk
mengajarkan konsep. Selanjutnya dikatakan bahwa pendekatan spiral materi tidak
diajarkan dari awal sampai selesai dalam sebuah selang waktu, tetapi diberikan
dalam beberapa selang waktu yang terpisah-pisah. Secara singkat dapat dikatakan
pendekatan spiral merupakan suatu prosedur yang dimulai dengan cara sederhana
dari konkret ke abstrak, dari cara intuitif ke analisa dari eksplorasi
(penyelidikan) kepenguasaan dalam jangka watu yang cukup lama, dalam waktu yang
terpisah-pisah mulai dari tahap yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
2.2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Klasikal
Kelebihan pembelajaran klasikal:
·
Guru mudah menguasai kelas.
·
Mudah
mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
·
Dapat diikuti
oleh jumlah siswa yang besar.
·
Mudah mempersiapkan dan
melaksanakannya.
·
Lebih ekonomis
dalam hal waktu.
·
Memberi kesempatan pada guru untuk
menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
·
Dapat
menggunakan bahan pelajaran yang luas
·
Membantu siswa
untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.
·
Jika digunakan
dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan
belajar siswa dalam bidang akademik.
·
Dapat menguatkan bacaan dan belajar
siswa dari beberapa sumber lain
Kelemahan pembelajaran klasikal:
· Mudah
menjadi verbalisme.
·
Yang visual
menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
·
Bila selalu
digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
·
Keberhasilan
metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
·
Cenderung membuat siswa pasif
2.2.3
Posisi
Guru dan Siswa dalam Pengelolaan Pesan
Dalam
kegiatan belajar mengajar guru berusaha agar pesan atau materi pelajaran yang
mencakup pengetahuan,sikap dan keterampilan dapat yang dikuasi oleh siswa
dengan baik.cara yang ditempuh hendaklah
dititikberatkan kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa sehingga siswa
memperoleh pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran,siswalah yang
melakukan kegiatan belajar (subjek belajar) sementara guru adalah sebagai
fasilitator dan motivator.
Dalam kegiatan
belajar mengajar guru berusaha menyampaikan sesuatu hal yang
disebut pesan. Sebaliknya, dalam kegiatan belajar siswa juga
berusaha memperoleh sesuatu hal tersebut dapat berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan,
atau isi ajaran yang lain seperti kesenian, kesusilaan, dan agama.
Menurut
Notako (2013) “Perilaku belajar mengajar ekspositori merupakan pengajaran yang
terpusat pada guru.
Sedangkan perilaku belajar mengajar heuristik dapat dibedakan menjadi penemuan
dan inkuiri. Perilaku belajar mengajar inkuiri dan penemuan tersebut merupakan
pengajaran yang terpusat pada siswa”. Berikut akan dijelaskan mengenai
pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
a. Pembelajaran Ekspositori
Tujuan
utama pengajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Perana guru yang
paling penting adalah:
·
penyusunan program pembelajaran
·
pemberi informasi yang benar
·
pemberi fasilitas belajar yang baik
·
pembimbing siswa dalam pemerolehan informasi yang benar
·
penilaian pemerolehan informasi.
b. Pembelajaran Inkuiri
Tujuan
utama pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual,
berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Peranan guru yang
penting adalah
·
menciptakan suasana bebas berpikir sehingga siswa berani
bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah
·
fasilitator dalam
penelitian
·
rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternative
pemecahan masalah,
·
pembimbing
penelitian.
2.2.4
Proses
Pengolahan Pesan
Dalam belajar mengajar guru menempati posisi sebagai
penyampai pesan dan murid/siswa sebagai penerima pesan. Menurut (Wahyu, 2011) ada dua macam pengolahan pesan yaitu:
pengolahan pesan secara deduktif dan induktif.
2.2.4.1 Pengolahan Pesan secara Deduktif
Secara
umum perilaku pengolahan pesan secara deduktif dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Pendahuluan
pembelajaran.
2. Penyajian
generalisasi dan konsep. Dalam hal ini guru mengemukakan rumusan generalisasi
yang telah disiapkan, dan guru juga menjelaskan konsep dengan contoh-contoh. Siswa
berperanan memahami generalisasi dan konsep tersebut.
3. Pengumpulan
data yang mendukung generalisasi. Guru meminta siswa mengumpulkan data. Siswa
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menguji kesahan data.
4. Analisis
data dan verifikasi generalisasi. Guru meminta siswa mwnganalisis data yang
terkumpul, dan menguji kembali generalisasi. Bila perlu siswa dapat
mengumpulkan data lagi agar verifikasi generalisasi lebih meyakinkan.
5. Aplikasi
generalisasi pada data yang terkumpul.
6. Evaluasi
tentang proses pengolahan pesan, pemerolehan pengetahuan atau pengalaman
tersebut. Pelaku evaluasi sebaiknya guru dan siswa secara bersama-sama.
Secara
singkat dapat dikatakan bahwa pengolahan pesan secara deduktif dimulai dengan
(i) guru mengemukakan generalisasi, (ii) penjelasan berkenaan dengan
konsep-konsep, dan (iii) pencarian data yang dilakukan oleh siswa. Pengumpulan
data tersebut berguna untuk menguji kebenaran generalisasi. Dalam kegiatan isi
siswa juga mengaplikasikan konsep terhadap data tersubut.
2.2.4.2 Pengolahan Pesan Secara Induktif
Secara
umum perilaku pengolahan pesan secara induktif dapat dilukiskan sebagai
berikut.
a. Pendahuluan
pembelajaran.
b. Pengumpulan
data. Guru meminta siswa mengumpulkan data sehubungan denga topic yang
dipelajari. Sebaiknya guru telah mempersiapkan lembaran kerja. Dalam pembuatan
lembaran kerja sebaiknya siswa juga diajak serta. Pekerjaan pengumpulan data
dapat dilakukan beberapa tahap, sesuai dengan masalah yang dipelajari.
c. Analisis
data. Guru meminta siswa untuk mempelajari data, menggolong-golongkan,
membandingkan, menguji kebenaran data, dan menyimpulkan sementara.
d. Perumusan
dan pengujian hipotesis. Hipotesis disusun berdasarkan teori yang ada atau
prinsip yang benar. Data yang ditemukan dapat digunakan untuk uji hipotesis.
Hipotesis dapat ditolak atau diterima. Bila ternyata benar, hipotesis diterima.
Sebaliknya, bila ternyata salah, hiootesis ditolak.
e. Mengaplikasikan
generalisasi. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menerapkan generalisasi
pada data lain.
f. Evaluasi
hasil dan proses belajar. Guru memberi nilai pada proses pemerolehan,
pengolahan, analisis, penarikan generalisasi, rumusan generalisasi, dan uji
hipotesis.
Pengolahan
pesan secara induktif bermula dari (i) fakta atau peristiwa khusus, (ii)
penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, (iii) penyusunan generalisasi
berdasarkan konsep-konsep. Bila sudah ada teori yang benar, pada umumnya
dirumuskan hipotesis, (iv) terapan generalisasi pada data baru, atau uji
hipotesis, kemudian (v) penarikan kesimpulan lanjut.
2.2.5
Kemampuan Yang Akan Dicapai Dalam Pembelajaran
Kemampuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran.
Pembelajaran ranah disesuaikan dengan tujuan pengajaran yaitu :
2.2.5.1 Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek,
yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi.
2.2.5.2 Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi
lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktifâ€
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktifâ€
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
2.2.5.3 Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu)
dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya.
Hasil belajar keterampilan
(psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian
tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Madya,
Wahyu. 2011. Pendekatan Pembelajaran (Online), http://kerorowahyu.blogspot.com/2011/10/pendekatan-pembelajaran.html, diakses 4
Februari 2015
Notako.
2013. Pendekatan Pembelajaran (Online), https://notako.wordpress.com/2013/10/19/makalah-pendekatan-pembelajaran-2/
, diakses 4 Februari 2015
Nuryani, Cucu.
2011. Pembelajaran Individual dan Pembelajaran Kelompok, (Online),
(cucunuryani.blogspot.com/2011/08/pembelajaran-individual-dan.html. Jumat, 12
Agustus 2011), diakses 7 Februari 2015.
Saputra,
Trio Redo. 2012. Pengorganisasian Siswa (Online), http://tirtanizertrs.blogspot.com/2012/11/pengorganisasian-siswa.html
, diakses 4 Februari 2015
Suhardan,
Dadang, dkk. 2009. Manajemen Pendidikan.
Bandung: PT. Albeta.
note : jangan asal copas ya. cantumkan daftar rujukan agar tidak melakukan plagiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar